Jumat, 23 Maret 2012

The Artist, sebuah film bisu dalam serbuan film 3 dimensi

Beberapa hari yang lalu akhirnya saya menonton film yang sedang banyak dibicarakan orang akhir2 ini..termasuk oleh idola saya, Kevin Richardson, The Artist. Awalnya saya juga agak tidak yakin, karena film yang akan saya lihat adalah film bisu, namun karena sudah sangat amat penasaran saya menonton jugu, selain itu jika melihat trailernya, dari segi cerita film ini sepertinya menarik juga.

Berlatar belakang dunia perfilman di akhir tahun 1920an yang sedang ramai dengan film bisu. Adalah George Valentine, artis yang saat itu merajai dunia film bisu. Sebagai bintang terkenal tentu George Vanlentine sangat dipuja penggemarnya, sesaat setelah keluar dari gedung untuk menyaksikan pemutaran film terbarunya, George tanpa sengaja ditabrak oleh gadis muda yang berusaha mengambil dompetnya yangterjatuh dalam kerumunan penggemar George, gadis itu adalah Peppy Miller. Saat itu George yang tampak binggung memutuskan untuk tersenyum dan wartawan yang melihat kejadian tersebut meminta mereka berdua untuk berpose bersama. Keesokan harinya foto tersebut terpampang di halaman depan koran dengan memajang tulisan “WHO’S THAT GIRL?” 

WHO'S THAT GIRL?
Peppy kemudian mengikuti sebuah audisi tari di Kinograph Studios, studio yang sama dengan tempat George bekerja, dan Peppy berhasil lolos dalam audisi itu. George yang mengetahui hal itu berusaha memberikan masukkan kepada Peppy “If you want to be an actress, you need to have something the others dont”. Peppy pun perlahan mulai meniti mimpi suksesnya di dunia perfilman.
 Lalu beberapa tahun kemudian Bos Kinograph Studios memutuskan untuk memasukkan teknologi dalam film, suara. Namun George yang telah merasa merajai dunia film, menertawakan ide itu, dan beranggapan tidak perlu untuk menambahkan suara jika dengan yang ada saat ini penonton sudah paham dengan yang dimaksud dalam film. 
George yang akhirnya bangkrut
Keangkuhan yang dimiliki George pada akhirnya membunuh karirnya sendiri, karena terbukti pada akhirnya terobosan baru yang dibuat oleh bos Kinograph Studios sukses, dan masyarakat mulai meninggalkan film bisu. George berjuang sekeras tenaga untuk mengembalikan pamornya, dia menghabiskan hampir semua uangnya untuk membuat sebuah film bisu yang disutradarai dan diperankan dia sendiri, dan diapun bangkrut. Di lain pihak, Peppy mulai mendapatkan peran dan menjadi idola baru masyarakat karena membintangi film dengan suara. 

Dalam  sebuah kesempatan George dan Peppy dipertemukan lagi. George sedang makan siang, Peppy hadir untuk melakukan wawancara dengan beberapa wartawan, tanpa sadar dia duduk bersebelahan meja dengan George. Wartawan menanyakan kepada Peppy mengapa masyarakat begitu menerima kehadirannya “I dont know. Maybe because I talk and the audience can hear me. People are tired of old actors mugging at the camera to be understood. Out with the old, in with the new. Make way for the young!”. Jawaban itu membuat George merasa tersinggung, dia pun memperlihatkan dirinya pada Peppy dan mengatakan “I've made way for you.”

The Artist memang luar biasa, sebuah film bisu yang muncul pada saat para sineas di dunia berlomba untuk membuat film 3D. The Artist merupakan film hitam putih yang menampilkan adegan tanpa suara yang hanya diiringi oleh musik, beberapa dialog kunci tetap ditampilkan dalam bentuk tulisan super besar yang akan memenuhi layar. Sebenarnya jika kita melihat, film bisu jauh lebih sulit untuk dimengerti daripada film2 saat ini, film bisu benar-benar bergantung pada kemampuan artis yang terlibat di dalamnya, sejauh mana artis tersebut dapat memaksimalkan mimik lakunya untuk menyampaikan cerita yang dimaksud kepada penonton. Selain itu juga diperlukan kerjasama dari pihak music director untuk membuat komposisi musik yang sesuai dengan jalannya film, yang akan membuat film itu akan jauh lebih hidup. Dan dalam kasus The Artist, Jean Dujardin yang ditunjuk untuk memerankan George Valentine dan Ludovic Bource yang mengarap komposisi musik dalam The Artist telah berhasil menjalankan tugasnya dengan sempurna. Makanya tidak heran jika pada Academy Award ke 84 kemarin, mereka memberikan The Artist dua penghargaan  Best Actor  dan  Best Original Score. Tidak berlebihan juga jika akhirnya The Artist memperoleh tiga penghargaan lain, yaitu Best Motion Picture of the Year, Best Director dan Best Costume Design. 

The Artist dengan penghargaan Oscar

Dan satu lagi catatan untuk The Artist, yaitu film ini adalah film bisu pertama yang mendapatkan Oscar setelah terkhir pada tahun 1929. Selain itu menonton The Artist juga akan menambah pengetahuan kita tentang sejarah perfilman dan juga memberi kesempatan kaum muda untuk bisa menyaksikan film bisu yang terakhir diproduksi pada tahun 1936,  jadi jangan sampai ketinggalan untuk menonton film ini... Atau jika masih belum yakin, trailer berikut mungkin bisa membantu...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar